Bagi para pelari, sepatu bukan hanya alas kaki, tapi senjata utama untuk meraih performa terbaik. Dua model unggulan dari Nike, yakni Vaporfly dan Alphafly, sering menjadi perbincangan dalam dunia lari profesional dan amatir. Tapi sebenarnya, mana yang lebih cocok untuk kebutuhan lari cepatmu? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Sekilas Tentang Nike Vaporfly & Alphafly
Nike Vaporfly pertama kali mencuri perhatian saat Eliud Kipchoge memecahkan rekor maraton menggunakan prototipenya. Dirancang untuk kecepatan dan efisiensi, Vaporfly menggabungkan busa ZoomX yang ringan dengan pelat karbon untuk memaksimalkan propulsi.
Sementara itu, Nike Alphafly merupakan versi yang lebih “canggih” dari Vaporfly. Dirancang untuk pencapaian Kipchoge di proyek “Sub-2-hour marathon”, Alphafly menambahkan dua unit Zoom Air di bagian depan, menjadikannya lebih responsif dan empuk.

Desain & Teknologi yang Digunakan
Vaporfly mengandalkan:
- Busa ZoomX full-length
- Pelat karbon satu lapis
- Upper Vaporweave atau Flyknit (tergantung versi)
- Desain ramping dan lebih ringan
Alphafly dilengkapi dengan:
- ZoomX foam yang lebih tebal
- Dua unit Zoom Air Pods di forefoot
- Pelat karbon penuh
- Atomknit upper yang breathable
- Desain lebih besar dan agresif
Keduanya dirancang dengan pendekatan berbeda untuk menunjang performa maksimal.
Kenyamanan dan Fit di Kaki
Dari segi kenyamanan, Alphafly terasa lebih empuk karena kombinasi ZoomX dan Zoom Air Pods. Namun, ini juga membuatnya terasa lebih “mengambang” dan tidak semua pelari suka sensasi ini.
Vaporfly lebih ringan dan terasa lebih natural bagi banyak pelari. Upper-nya lebih fleksibel, dan fit-nya cenderung lebih pas di kaki, terutama untuk jarak menengah hingga panjang.
Performa di Lintasan: Mana yang Lebih Ngebut?
Jika bicara soal kecepatan, keduanya sama-sama unggul. Namun:
- Alphafly memberikan dorongan maksimal saat stride panjang, cocok untuk pelari dengan teknik kuat dan kecepatan tinggi.
- Vaporfly lebih stabil dan ringan, cocok untuk pelari yang mengutamakan ritme konstan dan efisiensi energi.
Banyak pelari elite lebih memilih Alphafly untuk maraton, sementara Vaporfly populer di 10K hingga setengah maraton.
Daya Tahan dan Umur Pakai
Vaporfly cenderung lebih cepat menunjukkan keausan, terutama pada outsole.
Alphafly, meskipun terlihat lebih “rapuh”, justru memiliki daya tahan sedikit lebih baik karena Zoom Air Pods membantu distribusi tekanan saat mendarat.
Namun secara umum, kedua sepatu ini bukan untuk latihan harian. Umur pakainya idealnya sekitar 300-400 km.
Harga & Value for Money
Harga kedua sepatu ini berada di rentang premium:
- Vaporfly: sekitar Rp3.500.000 – Rp5.000.000
- Alphafly: sekitar Rp4.000.000 – Rp5.500.000
Untuk value, Vaporfly bisa dibilang lebih worth it jika kamu mencari sepatu kompetisi yang ringan dan stabil. Tapi jika kamu butuh sepatu untuk mendorong kecepatan maksimum, Alphafly layak dipertimbangkan meskipun lebih mahal.
Kelebihan & Kekurangan Masing-Masing Model
Nike Vaporfly
- Ringan dan natural
- Stabil saat lari cepat
- Lebih fleksibel di kaki
- Daya tahan outsole lebih rendah
- Kurang empuk untuk pelari berat
Nike Alphafly
- Super responsif berkat Zoom Air Pods
- Cocok untuk stride panjang dan kecepatan maksimal
- Lebih tahan lama
- Lebih berat
- Fit terasa berbeda dan butuh adaptasi
Nike Vaporfly vs Alphafly: Pilih Mana?
Pilihan antara Vaporfly dan Alphafly bergantung pada gaya lari dan kebutuhan kompetisimu:
- Pilih Vaporfly jika kamu ingin sepatu ringan, cepat, dan responsif untuk half marathon atau 10K.
- Pilih Alphafly jika kamu mengejar performa maksimal di maraton dengan stride panjang dan power besar.
Keduanya menawarkan teknologi terbaik dari Nike, dan tidak ada yang salah dalam memilih salah satu. Yang terpenting, pastikan kamu sudah mencobanya dan merasa nyaman di kaki.

Kesimpulan
Nike Vaporfly dan Alphafly adalah dua senjata hebat dari Nike untuk dunia lari cepat. Pilihlah sesuai gaya dan tujuan lari kamu. Mau ringan dan stabil? Vaporfly jawabannya. Mau empuk dan bertenaga? Alphafly bisa jadi pilihan utama!